• telepon
  • Telp : 0852.3161.2096
  • telepon
  • SMS : 0852.3161.2096
  • sms
  • WA : 0852.3161.2096
  • bbm
  • PIN BB: -

Buku KItab Fathul Mannan Toko Buku Aswaja Surabaya

Buku Kitab Fathul Manan Toko Buku Aswaja Surabaya


ATHUL MANNAN LI TASHIHI ALFAFZI AL-QURAN
OLEH: KH. MUHAMMAD MAFTUH BASTHUL BIRRI LIRBOYO KEDIRI
Soft cover.
Kertas cd.
Halaman 148
Harga Rp 20.000,-
Buku KItab Fathul Mannan Toko Buku Aswaja Surabaya
Kitab berbahasa jawa arab pegon yang berisi pembahasan tajwid. K.H Arwani Kudus, K.H Adlan Ali Jombang dan Kyai Nawawi Jogjawi telah merekomendasikan kitab ini untuk dipelajari. Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT. yang diturunkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. yang menjadi mukjizat dan dianjurkan untuk dibaca oleh umat Islam setiap saat. Membaca Al-Qur’an, dalam ajaran Islam, termasuk ibadah yang sangat dianjurkan untuk diamalkan setiap hari. Akan tetapi, banyak diantara kalangan umat Islam Nusantara, khususunya Jawa, yang belum mengerti secara mendalam, tentang tata cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, sehingga masih banyak yang membaca Al-Qur’an secara serampangan dan tidak sesuai dengan ilmu Tajwid Al-Qur’an.

Pada zaman sekarang, ilmu Tajwid dan ilmu Qiro'at sudah jarang diminati untuk dipelajari dan diteliti secara mendalam. Ilmu Tajwid sering dianggap sebagai ilmu yang ringan, ilmu kulit dan ilmu yang hanya layak dipelajari oleh anak-anak kecil di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ). Anggapan ini, tentu saja keliru. Sebab, segala ilmu yang bersinggungan dengan Al-Qur’an, baik secara lahir maupun batin, merupakan ilmu-ilmu pokok yang harus dipelajari oleh seorang muslim.

Berangkat dari latar belakang bahwa (1) masih banyak masyarakat Islam Indonesia yang belum mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, (2) masih banyak masyarakat Islam Indonesia yang belum memahami ilmu Tajwid, (3) langkanya referensi dan kajian tentang ilmu Tajwid, maka kiai Maftuh Basthul Birri, sang begawan Al-Qur’an, pengasuh Pondok Pesantren Murottilil Qur’an, Lirboyo, Kediri, tergerak hatinya untuk menulis kitab pegon tentang ilmu Tajwid dengan judul Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdz Al-Qur’ân.

Kiai Maftuh Basthul Birri, dalam kitab tersebut dawuh (dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon, red):

كَاڤْرَاهِيْڤُونْ تِيْيَاڠْ مَاهَوسْ اَلْقُرْآنْ سَامِيْ كِيْرَاڠْ ڤَاڠٓرْتَوْسَانْ إِيْڤُونْ دُوْمَاتٓڠْ حُكُمْ-حُكُمْ وَاهَوْسَانْ، سَاهِيڠْڮَا مَاهَوسْ إِيْڤُونْ سَامِيْ سٓمْبٓرَانَا لَنْ كِيْرَاڠْڤَاڠٓرْتَوْسَانْ إِيْڤُونْ. أَمَرْڮِيْ وَونْتٓنْ كَلَانِيْڤُونْڠَاهَوسْ إِيْڤُونْ تَكْسِيهْ كِيْرَاڠْ، أُوْتَاوِيْ لَاتِيْهَانْ دِيْسِيڤْلِينْ إِيْڤُونْ إِڠْكَڠْ كِيْرَاڠْ، لَاجٓڠْ اَڠْڮَامْڤِيلْ أَكٓنْ وَاهَوْسَانْ

“Kebanyakan orang membaca Al-Qur’an kurang memiliki pengetahuan tentang hukum-hukum bacaan, sehingga bacaannya pun ngawur dan tidak sesuai aturan. Hal itu disebabkan, adakalanya karena jarang mengaji, atau sering mengaji namun tidak disiplin dalam menerapkan hukum-hukum bacaan sehingga menyepelekan bacaan.”

Di dalam kitab Fathul Mannan, kiai Maftuh, yang terkenal memiliki standar tinggi dalam hal bacaan Al-Qur’an, mengupas tuntas tema-tema penting didalam ilmu Tajwid yang sesuai dengan riwayat bacaan Imam Hafsh bin Sulaiman, salah satu perawi Qiro'at Imam ‘Ashim bin Abi Najud. Pembahasan-pembahasan didalam kitab tersebut disandarkan kepada kitab-kitab ilmu Tajwid yang sudah terkenal valid dan terpercaya. Seperti kitab Al-Mandhûmah Asy-Syâthibiyyah, Al-Mandhûmah Al-Jazariyyah, Irsyâd Al-Ikhwân Syarh Mandhûmat Hidâyat Ash-Shibâan, Al-Itqôn fi ‘Ulûmil-Qur’ân, Al-Minah Al-Fikriyyah, Sirôj Al-Qâri’, Nihâyah Al-Qoul Al-Mufîd dan kitab-kitab lain yang membahas ilmu Tajwid dan Qiro'at.

Selain pembahasan yang mendetail tentang tema-tema pokok ilmu Tajwid yang ditulis dengan aksara Pegon, yang menarik dari kitab ini adalah bahwa kitab ini ditashih oleh para ulama besar ahli Al-Qur’an Nusantara, seperti: Simbah KH. Muhammad Arwani Amin Sa’id (pendiri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, Kudus), Simbah KH. Nawawi Abdul Aziz (pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Ngrukem Yogyakarta), Simbah KH. Ahmad Munawwir bin KH. Muhammad Munawwir (salah satu pengasuh Pondok Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta), Simbah KH. Adlan ‘Aly (pendiri Pondok Putri Walisongo, Cukir Jombang) dan Simbah KH. Abu Syuja’, Ngadiluwih, Kediri. Semua kiai-kiai yang mentashih kitab Fathul Mannan tersebut merupakan guru-guru dari Kiai Maftuh Basthul Birri.

Kiai Muhammad Arwani Amin, Kudus, mengomentari kitab Fathul Mannan karya kiai Maftuh tersebut dengan berkata bahwa kitab tersebut merupakan kitab ilmu Tajwid lengkap yang membahas pokok-pokok bahasan ilmu Tajwid yang sangat penting dan jarang dibahas didalam kitab-kitab Tajwid lain yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Jawa.

Kiai Nawawi, Ngrukem, Yogyakarta, mengomentari kitab Fathul Mannan dengan menyatakan bahwa kitab tersebut merupakan kitab yang sangat bagus dan cocok untuk dipelajari oleh para pemula. Bahkan, kiai Nawawi menganggap bahwa upaya yang dilakukan oleh kiai Maftuh merupakan aplikasi dari konsep hifdhul hâl atau menjaga laku, yakni laku dalam membaca Al-Qur’an supaya sesuai dengan aturan dan kaidah yang berlaku.

Didalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim disebutkan bahwa afdlolul-‘ilmi ‘ilmul-hâl wa afdlolul-‘amali hifdhul-hâl, sebaik-baik ilmu adalah ilmu laku dan sebaik-baik amal adalah menjaga laku. Membaca Al-Qur’an merupakan ‘amal al-hâliy, yakni sebuah amal atau laku yang dianjurkan untuk dilakukan setiap hari. Amal atau laku ini harus dijaga dari segala bentuk penyimpangan dan kesalahan. Dan kitab Fathul Mannan tersebut merupakan panduan untuk menjaga amal “Membaca Al-Qur’an” agar tidak terjatuh dalam kesalahan, baik yang bersifat ringan (lahn khofiy) maupun yang bersifat berat (lahn jaliy).

Kiai Maftuh Basthul Birri maupun guru-gurunya yang telah disebut diatas merupakan tokoh-tokoh pejuang Al-Qur’an yang sangat terkenal ketat dalam hal bacaan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an, bagi mereka tidak boleh sembarangan, tidak boleh asal bunyi dan harus sesuai dengan kaidah-kaidah Tajwid yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan sebuah syair yang digubah oleh Syaikh Syamsuddin Ibn Al-Jazari:

وَالْأَخْذُ بِالتَّجْوِيْدِ حَتْمٌ لَازِمٌ :: مَنْ لَّمْ يُجَوِّدِ الْقُرْأَنَ آثِمٌ

"Membaca Al-Qur’an dengan Tajwid merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan :: Barang siapa tidak membaca Al-Qur’an dengan Tajwid maka ia berdosa kepada Tuhan."

Sikap ketat dalam membaca Al-Qur’an yang diterapkan oleh kiai Maftuh tersebut, bisa terbaca dan bisa dirasakan melalui karya beliau Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdh Al-Qur’ân tersebut. Penjelasan mengenai bab-bab ilmu Tajwid begitu detail dan sangat mudah dipahami oleh para pemula karena ditulis dengan menggunakan Aksara Pegon.

Kitab Fathul Mannân li Tashhîh Alfâdh Al-Qur’ân tersebut selesai ditulis oleh kiai Maftuh Basthul Birri pada bulan Robi’ul Awwal tahun 1397 H./Februari 1977 M. dan terdiri dari tiga juz yang terangkum menjadi satu dengan ketebalan 148 halaman dan dicetak oleh penerbit toko kitab Al-Ihsan Surabaya.

Produk terkait:

Share dengan teman:
 
Created @ 2011 - Toko Buku Aswaja Surabaya
Siwalankerto Tengah, Surabaya
Template by : Creating Website
Modified by Daud Zakaria