Karya KH. Abdul Aziz Masyhuri, Pengasuh PP. Al-Aziziyyah Denanyar Jombang.
Ukuran 15 x 23 cm
xviii+396 halaman
HVS 70 gram
Ukuran 15 x 23 cm
xviii+396 halaman
HVS 70 gram
Jual Buku Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf | Toko Buku Aswaja Surabaya
Islamisasi Nusantara dilakukan oleh Ulama Tasawuf (Azyumardi Azra: 20013). Dan ulama tasawuf juga yang berhasil mengawal Islam di Nusantara di tengah gempuran penjajah dan gencarnya kristenisasi. Dengan demikian tasawuf merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia.
Sejak wali 9, kemudian era Hamzah Fansuri (1588-1608), pengamal tarekat Qadiriyah, Syamsudin Sumatrani, Nurudin Al-Raniri pengamal tarekat Rifa’iyah, Abdu Rauf Singil khalifah tarekat Syathariiyah dan Qadiriyah pengamal tarekat Samaniyah, Syeikh Yusuf al-Makasari (lahir 1626) pengamal tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, demikian juga Daud al-Fatani, Ismail al-Minangkabaw, Abdul Wahab Rongka, Syeikh Ahmad Khathib Sambas, Kyai Abdul Karim Banten, Syeikhuna Kyai Khalil Bangkalan, Syeikh Muslih ibn Abdurahman Mranggen Demak, KH. Romli Tamim, selain pengamal dan musryid Tarekat semuanya adalah ulama besar yang mempunyai penguasaan yang tinggi dalam berbagai bidang ilmu, terutama ilmu Syariat (Sri Mulyati: 2006).
Saat ini kebutuhan dan respon masyarakat terhadap tasawuf semakin tinggi. Terbukti dengan semakin banyaknya pengajian-pengajian tarekat yang diikuti oleh jamaahnya. Jika semula penyebaran tarekat terpusat di Suryalaya Tasikmalaya (Abah Anom), Pondok Pesantren Peta Tulungagung, Dalam Pagar – Marta pura Timur, Kabupaten Banjar Kalimantan (Tuan Guru Ijai), Kedinding Lor Surabaya, Mranggen Demak, Kanzus Shalawat Pekalongan (Maulana Habib Luthfi bin Yahya), saat ini sudah semakin berkembang.
Pusat-pusat penyebaran tarekat tersebut mempunyai banyak murid tersebar yang membuka pengajian tarekat secara mandiri. Terlebih semua Tarekat Mu’tabar (tervalidasi) didukung penuh secara organisatoris oleh JATMAN (Jam’iyah Ahl Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdhiyah). Dalam data resmi JATMAN sudah berdiri 335 cabang tarekat (JATMAN) di seluruh Indonesia. Perkembangan yang sangat menggembirakan.
Menanggapi animo masyarakat yang tinggi terhadap tarekat, maulana Habib Luthfi mengatakan “kalau semua orang masuk tarekat harus sesuai dengan ketentuannya, tabahur fi ilmi syariah –memahami secara mendalam imu syariat- tidak aka ada yang bisa masuk tarekat, sekarang yang penting masuk tarekat sambil terus belajar ilmu agama. Justru saat ini tarekat menajadi dorongan bagi umat untuk mempelajari ilmu syariat secara benar”.
Ditengah semaraknya perhatian masyarakat terhadap tarekat, sayang sekali tidak dibarengi oleh upaya-upaya serius untuk menyediakan literature (buku-buku) yang bisa memberikan pemahaman yang baik tentang tarekat dan bacaan lainnya untuk meningkatkan kualifikasi para pengamal tarekat.
Kondisi ini nampaknya disadari betul oleh KH. Abdul Aziz Masyhuri, anggota PBNU sekaligus Pengurus JATMAN. Kyai Abdul Aziz Mashuri seorang penulis produktif menulis beberapa buku berkenaan tarekat. Diantaranya buku “Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf”.
Martin van Bruinessen, Guru Besar Studi Perbandingan Masyarakat Muslim Kontemporer, Universitas Utrecht Belanda memuji penulis buku "Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf", KH. Aziz Masyhuri. Martin Mengatakan "saya sendiri mulai menyadari peranan Kiai Aziz sebagai ahli dokumentasi sekitar tahun 1983/1984, ketika saya baru saja mulai meminati tradisi Islam Indonesia..."
Buku ini diberi pengantar oleh KH. Habib Luthfi bin Yahya (Ra'is 'Am Jatman), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A, dan Guru Besar dan Peneliti senior Martin van Bruinessen. Meskipun Maulana Habib Luthfi memberi pengantar untuk buku ini, akan tetapi isi buku menjadi tanggung jawab KH. Abdul Aziz Masyhuri, seorang kyai ahli dokumentasi yang kapasitasnya tidak diragukan lagi.
Dalam buku ini, penulis memulai dengan menjelaskan tarekat; definisi, kemunculan, sejarah perkembangan tarekat, berbagai ajaran-ajaran dalam tarekat, karakteristik tarekat, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan 22 tarekat dalam tasawuf. Kyai Abdul Aziz Masyhuri cukup berani, penulis secara terus terang mengemukakan bahwa tarekat Naqsyabandiyah Haqaniyah cukup problematis. Penjelasan ini cukup berani mengingat, tarekat ini sedang demikian berkembang dan mulai diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, buku yang kaya data ini penting menjadi rujukan bagi ada pelaku, pemerhati atau kalangan akademisi yang bergelut dalam dunia tarekat dan tasawuf.
Sejak wali 9, kemudian era Hamzah Fansuri (1588-1608), pengamal tarekat Qadiriyah, Syamsudin Sumatrani, Nurudin Al-Raniri pengamal tarekat Rifa’iyah, Abdu Rauf Singil khalifah tarekat Syathariiyah dan Qadiriyah pengamal tarekat Samaniyah, Syeikh Yusuf al-Makasari (lahir 1626) pengamal tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, demikian juga Daud al-Fatani, Ismail al-Minangkabaw, Abdul Wahab Rongka, Syeikh Ahmad Khathib Sambas, Kyai Abdul Karim Banten, Syeikhuna Kyai Khalil Bangkalan, Syeikh Muslih ibn Abdurahman Mranggen Demak, KH. Romli Tamim, selain pengamal dan musryid Tarekat semuanya adalah ulama besar yang mempunyai penguasaan yang tinggi dalam berbagai bidang ilmu, terutama ilmu Syariat (Sri Mulyati: 2006).
Saat ini kebutuhan dan respon masyarakat terhadap tasawuf semakin tinggi. Terbukti dengan semakin banyaknya pengajian-pengajian tarekat yang diikuti oleh jamaahnya. Jika semula penyebaran tarekat terpusat di Suryalaya Tasikmalaya (Abah Anom), Pondok Pesantren Peta Tulungagung, Dalam Pagar – Marta pura Timur, Kabupaten Banjar Kalimantan (Tuan Guru Ijai), Kedinding Lor Surabaya, Mranggen Demak, Kanzus Shalawat Pekalongan (Maulana Habib Luthfi bin Yahya), saat ini sudah semakin berkembang.
Pusat-pusat penyebaran tarekat tersebut mempunyai banyak murid tersebar yang membuka pengajian tarekat secara mandiri. Terlebih semua Tarekat Mu’tabar (tervalidasi) didukung penuh secara organisatoris oleh JATMAN (Jam’iyah Ahl Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdhiyah). Dalam data resmi JATMAN sudah berdiri 335 cabang tarekat (JATMAN) di seluruh Indonesia. Perkembangan yang sangat menggembirakan.
Menanggapi animo masyarakat yang tinggi terhadap tarekat, maulana Habib Luthfi mengatakan “kalau semua orang masuk tarekat harus sesuai dengan ketentuannya, tabahur fi ilmi syariah –memahami secara mendalam imu syariat- tidak aka ada yang bisa masuk tarekat, sekarang yang penting masuk tarekat sambil terus belajar ilmu agama. Justru saat ini tarekat menajadi dorongan bagi umat untuk mempelajari ilmu syariat secara benar”.
Ditengah semaraknya perhatian masyarakat terhadap tarekat, sayang sekali tidak dibarengi oleh upaya-upaya serius untuk menyediakan literature (buku-buku) yang bisa memberikan pemahaman yang baik tentang tarekat dan bacaan lainnya untuk meningkatkan kualifikasi para pengamal tarekat.
Kondisi ini nampaknya disadari betul oleh KH. Abdul Aziz Masyhuri, anggota PBNU sekaligus Pengurus JATMAN. Kyai Abdul Aziz Mashuri seorang penulis produktif menulis beberapa buku berkenaan tarekat. Diantaranya buku “Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf”.
Martin van Bruinessen, Guru Besar Studi Perbandingan Masyarakat Muslim Kontemporer, Universitas Utrecht Belanda memuji penulis buku "Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf", KH. Aziz Masyhuri. Martin Mengatakan "saya sendiri mulai menyadari peranan Kiai Aziz sebagai ahli dokumentasi sekitar tahun 1983/1984, ketika saya baru saja mulai meminati tradisi Islam Indonesia..."
Buku ini diberi pengantar oleh KH. Habib Luthfi bin Yahya (Ra'is 'Am Jatman), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A, dan Guru Besar dan Peneliti senior Martin van Bruinessen. Meskipun Maulana Habib Luthfi memberi pengantar untuk buku ini, akan tetapi isi buku menjadi tanggung jawab KH. Abdul Aziz Masyhuri, seorang kyai ahli dokumentasi yang kapasitasnya tidak diragukan lagi.
Dalam buku ini, penulis memulai dengan menjelaskan tarekat; definisi, kemunculan, sejarah perkembangan tarekat, berbagai ajaran-ajaran dalam tarekat, karakteristik tarekat, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan 22 tarekat dalam tasawuf. Kyai Abdul Aziz Masyhuri cukup berani, penulis secara terus terang mengemukakan bahwa tarekat Naqsyabandiyah Haqaniyah cukup problematis. Penjelasan ini cukup berani mengingat, tarekat ini sedang demikian berkembang dan mulai diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, buku yang kaya data ini penting menjadi rujukan bagi ada pelaku, pemerhati atau kalangan akademisi yang bergelut dalam dunia tarekat dan tasawuf.
Buku Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf bisa Anda dapatkan di
Toko Buku Aswaja Surabaya | Hub. 0896.2580.1256 | 0852.3161.2096
Jangan lupa kunjungi juga buku kami : Buku Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu
Toko Buku Aswaja Surabaya | Hub. 0896.2580.1256 | 0852.3161.2096
Jangan lupa kunjungi juga buku kami : Buku Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu