halaman 260 hlm
Ukuran 14,5 x 21 cm
Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama.
Aswaja NU terkenal dengan nama Aswaja Nahdliyah, yaitu Aswaja yang
menjadi keyakinan dan dasar utama bagi warga NU dalam semua bidang,
agama, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik. Namun sayang,
mayoritas warga NU belum memahami secara mendalam apa itu Aswaja ?, apa
yang membedakan Aswaja dengan aliran lain ?, dalil-dalil yang menjadi
dasar amaliyah warga NU seperti tahlilan, manakiban, yasinan, dan
lain-lain ?, Apakah benar amaliyah warga NU termasuk bid’ah dhalalah
(sesat) ? kalau tidak, apakah termasuk kategori sunnah ? Wacana bid’ah
selalu dijadikan senjata untuk menyerang amaliah warga NU secara terus
menerus. Pelurusan wacana sangat penting dan mendesak, supaya warga NU
bisa mengamalkan tradisinya secara nyaman dan tenang.
Selain itu, tantangan modernisasi dan globalisasi
membuat formulasi Aswaja klasik mengalami kemunduran, karena dirasa
kurang mampu menjawab tuntutan dinamika zaman. Maka, menjadi suatu
keniscayaan melakukan penyegaran dan pembaruan doktrin Aswaja. Salah
satunya adalah menjadikan Aswaja sebagai manhaj al-fikr
(metodologi berpikir) dalam membaca realitas secara dinamis, analitis,
produktif, dan solutif. Persoalan muncul lagi, bagaimana mengaplikasikan
Aswaja sebagai manhaj al-fikr dalam organisasi dan program-programnya. Disinilah pentingnya membumikan Aswaja sebagai manhaj al-fikr
dalam organisasi dan program-programnya supaya operasional kuatitatif
sehingga bisa meningkatkan kualitas warga NU secara maksimal.
Disinilah relevansi reformulasi Aswaja Nahdliyah di era modernisasi
sekarang ini supaya sesuai dengan semangat zaman. Kader-kader muda NU
yang mengenyam perguruan tinggi sudah bergulat dengan banyak wacana,
baik itu yang sekuler, liberal, dan fundamental,
sehingga dibutuhkan penyegaran dan pembaruan konsep Aswaja. Disinyalir
konsep Aswaja klasik tidak mampu merespons tantangan global, karena
hanya berkutat pada tiga bidang, yaitu akidah, syari’ah, dan tasawuf.
Sementara tantangan bidang sosial, kebudayaan, pendidikan, ekonomi,
pertahanan dan keamanan, politik global, informasi, dan pemikiran
berjalan dengan massif dan eskalatif.
Tanggung jawab para guru NU adalah mengentaskan anak
didiknya dari kemiskinan ilmu, khususnya ilmu yang pada akhirnya mampu
membentengi mereka dari serbuan aliran yang bertentangan denan aliran
Ahlusunnah Wal-jama’ahn.
Dalam konteks inilah menjadi setrategis gagasan pembukuan
buku ASWAJA untuk para guru yang dilontarkan oleh mngurus pusat PENGUNU, karena
bagaimanapun juga harus diakui bahwa guru adalah ujung tombak satu-satunya yang
dimiliki NU dalam rangka menjaga, memelihara dan membumikan eksistensi ajaran
Aswaja pada masa yang akan datang, khususnya bagi para peserta didik di
kalangan lembaga pendidikan formal.
Buku ini hadir memberi wawasan dan pemahaman kepada
masyarakat NU dan siapa yang mau membacanya agar lebih paham dan tidak rau lagi
dalam melakukan amaliyah yang telah tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun
bahkan dari abad kea bad. Tuduhan kelompok yang melakukan serangan itu
sesungguhnya tidak berdasar dan tidak terbukti kebenarannya. Mereka salah dalam
melihat dan menilai masyarakat NU dalam beramaliah dari dulu hingga saat ini.
Semoga hidayah Allah sampai kepada mereka semua sehingga tidak gampang dan
mudah menyalahkan kelompok lain.
Toko Buku Aswaja Juga Menyediakan Buku MADZAB AL-ASY’ARI hanya di Toko Buku Aswaja Surabaya
Toko Buku Aswaja Juga Menyediakan Buku MADZAB AL-ASY’ARI hanya di Toko Buku Aswaja Surabaya